More Info | Klinik Budaya Rupa (KBR) adalah program yang diadakan rutin oleh Maros Visual Culture Initiative Foundation di Jakarta dan sekitarnya. Awal dibawa ke Semarang pada 18-20 Desember 2009 untuk selanjutnya dirancang diadakan pertahunnya. Sekarang KBR kedua ditahun 2011, atas kerja gotong-royong tujuh komunitas, kelompok, organisasi, atau lembaga seni yaitu: Maros Visual Culture Initiative, Byar Creative Industry, Sacred Bridge Found ation, Rhythm Salad, Komunitas Pecinta Kertas, Boemboe Org, dan Sanggar Greget.
Latar belakang KBR adalah melihat fakta selama lebih dari empat dekade, setiap generasi di Indonesia menunjukkan kemunduran logika. Menjadi persoalan besar khususnya dikalangan muda-mudi kini. Logika yang lemah menimbulkan ketidakmampuan merespon beragam isu realitas dan kemandekan kemampuan interpretasi. Kelemahan logika terus dibiarkan, semakin tak ditemukan kepastian mencari solusi, akibatnya baik secara individu maupun komunal tak mampu melakukan terobosan.
Penyebab kelemahan logika yang mendasar skala nasional adalah ada didalam dunia pendidikan dan penyajian media. Fakta, dalam bidang pendidikan formal menunjukkan bahwa beropini dan berargumentasi (mandiri) tidak dijadikan tradisi akademis. Apapun yang datang dari luar negeri selalu dianggap sebagai jawaban atas ketidak-tahuan kita, tanpa memahami konteks terlebih dahulu. Dimana proses tersebut akan menimbulkan ketidak-pastian berikutnya? Dan semua media yang ada dikita memfasilitasi kebobrokan tersebut.
Efek yang dirasakan secara langsung kini adalah Manusia Indonesia dalam ‘cara berpikir dan bertindak’ yang ‘tidak tertib’. Sehingga realitas yang terjadi bersifat ‘tidak pasti’ karena tidak dikelola menjadi suatu ‘kepastian’. Tentu kita harus mengambil sikap agar terjadi perubahan pasti, setidaknya dalam berpikir, dan mencari formula terbaik.
KBR ini membangun kembali logika dan pemahaman kontekstual melalui kegiatan berbasis budaya. Guna melihat dan mengenal keterhubungan antara realita-fakta, dan keberagaman yang membangun realita, sehingga kedua proses tersebut menjadi utuh. Materi budaya rupa digunakan sebagai media belajar untuk mengenal ‘logika’ dalam ‘konteks’.
Tujuan KBR adalah, pertama untuk menumbuhkan kepekaan peserta sebagai awal mengenal konteks suatu isu sehingga memiliki pemahaman utuh untuk menilai suatu persoalan secara proporsional dan terstruktur. Kedua, melatih keberanian peserta untuk berargumentasi dan beropini sebagai salah satu cara mengembangkan cakrawala pengetahuan dan respek pada perbedaan sudut pandang pemikiran. Ketiga, menambah pengalaman estetik. Keempat, kegiatan ini diharapkan dapat diimplementasikan oleh para perupa dalam proses kreatifnya. Semuanya yang diberikan berujung pada pengenalan dan pembelajaran, ‘ketidak-pastian’ menjadi ‘kepastian’.
Materi yang diberikan menggunakan materi budaya rupa yaitu, film, kerajinan, dan musik (performance). Ketiganya mempunyai kesamaan rasionalitas. Pertama, dalam mengenal isu realitas yang kontekstual. Kedua, semua materi menjadi bagian dari keseharian kita. Ketiga, materi adalah miniatur dari realitas yang dibangun oleh kerja sama lintas disiplin ilmu. Keempat, di balik aspek ”easiness” film, kerajinan, dan musik yang dinikmati ada aspek kerumitan seperti filsafat-kesejarahan-interpretasi-yang apabila dibedah lebih dalam akan menjadi sumber pengetahuan.
Nama kegiatan KBR 2011 kali ini Lintas Titik. Bernama Lintas Titik karena, pertama KBR dikerjakan oleh lintas kelompok, komunitas, organisasi, dari lintas kota. Kedua, materi yang disampaikan terdiri dari sejumlah aspek penting yang berhubungan satu sama lain. Ketiga, ‘titik’ sebagai nuansa awal terjadinya visual.
Sebagai tim kerja Lintas Titik oleh Byar Creative Industry, Karamba Art Movement, Orart Oret (Semarang) sebagai penyelenggara, publiksi, rekrutmen peserta, promosi, dan koordinator lapangan. Maros Visual Culture Initiative Foundation (Jakarta) yang memberi materi budaya rupa dan etnografi. Sacred Bridge Foundation (Jakarta) yang memberi materi psikologi dan realitas film. Boemboe Org (Jakarta) yang memberi perspektif ideologi dalam film. Komunitas Pecinta Kertas (Jakarta) yang memberi workshop kerajinan/ trimatra. Rhythm Salad (Jakarta) yang memberi materi dan workshop musik. Dokumentasi oleh Zulfikar Yudha, Jodi Nainggolan, Yuga Bagus Wicaksono, dan Dadang Pribadi. Koordinator konsumsi tim dari Jakarta oleh Goemaisyah Yoesoef dan peserta KBR oleh Maretha Handoyo. Keseluruhan tim pemberi materi dari Jakarta berjumlah 16 orang.
Pelaksanaan Lintas Titik diadakan di Sanggar Greget Jalan Pamularsih I No. 2 Semarang Barat Indonesia. Pada 28 sampai dengan 30 Maret 2011. Sasaran kegiatan adalah perupa dan peminat budaya, musisi, mahasiswa dan pelajar, sebagai jaringan kerja yang telah dikelola oleh Byar Creative Industry selama ini.
Akan dibagi menjadi tiga kelas. Kelas (1) adalah Klinik Film. Untuk peserta yang berminat dalam hal wacana, pemikiran, diskusi, dan menulis. Pemutaran film diikuti diskusi sesuai materi (budaya rupa, etnografi, psikologi, musik, ideologi, realitas film), dalam konteks logika. Diikuti sesi drawing (tentative) dan menulis statement. Diskusi akan dilaksanakan antara perupa dengan Maros Visual Culture Initiative Foundation, Sacred Bridge Foundation, Rhythm Salad, dan Boemboe Org. Maksimal peserta Klinik Film 25 orang.
Kelas (2) adalah Klinik Kerajinan. Untuk peserta yang berminat pada produksi atau praktik langsung karya seni. Workshop trimatra dengan bahan kertas bekas dalam konteks sadar lingkungan. Klinik antara mahasiswa, pelajar, dengan Komunitas Pecinta Kertas. Peserta maksimal untuk Klinik Kerajinan/ Trimatra 15 orang.
Kelas (3) Adalah Klinik Musik. Untuk peserta yang berminat dalam kerja seni dengan karakter kerja gotong-royong atau kolaborasi. Saling merespon dalam konteks yang sadar kebersamaan antara musisi sebagai peserta dengan Liga Rhythm Salad. Maksimal peserta untuk Klinik Musik 5 orang.
Kegiatan ini gratis dan terbuka untuk umum. Fasilitas yang telah disiapkan adalah, tempat belajar, ruang inap, kamar mandi, ruang pertunjukan, konsumsi dan makan peserta selama tiga hari, alat pendukung yang diperlukan, alat musik, soud system, lighting, note book, dan sertifikat.
Syarat bagi peserta yang akan mengikuti. Pertama, terbiasa bekerja secara gotong royong, terbuka, dan menghargai perbedaan. Kedua, pernah atau sedang aktivitas dalam komunitas seni, organisasi seni, kelompok seni, lembaga seni, akademisi seni (dosen-guru-mahasiswa-pelajar). Ketiga, panitia tidak menyediakan ruang parkir untuk menyimpan sarana transportasi, peserta dilarang membawa (sepeda-motor-mobil-sejenisnya) demi keamanan bersama. Keempat, peserta membawa alat tulis dan produksi sendiri. Kelima, peserta wajib menginap selama 3 hari agar tertib terhadap jadwal. Keenam, dilarang membeli-membawa-mengkonsumsi-mengedarkan minuman keras, narkotika, dan obat-obat terlarang didalam maupun sekitar Sanggar Seni Greget. Ketujuh, wajib menjaga kebersihan dan keamanan bersama.
Detail jadwal kegiatan akan diberikan setelah Anda mendaftar dan tercatat sebagai peserta. Bagi yang berminat: (1) Klinik Film bisa menghubungi Maretha Handoyo dan Yuga Bagus Wicaksono. (2) Klinik Kerajinan Trimatra bisa menghubungi Galih Wisudha Pratama. (3) Klinik Musik bisa menghubungi Ridho Mochammad Salafi Handoyo dan Gunawan.
TERIMAKASIH Tim Kerja Lintas Titik
http://www.sacred-bridge.org/ |
---|