More Info | ____________________________________________ :: Sahabat, Dikekinian, ada sebuah kegelisahan yang ‘samar’ bagi pelaku pejuang SENI. Kegelisahan-kegelisahan itu dimulai dari kegelisahan pegiat SENI TEATER yang lahir dan tumbuh dari sebuah akar budaya masyarakat setempat yang bermukim diperkampungan-perkampungan, diemperan-emperan kampung yang ada kotanya hingga ke SENI TEATER yang lahir dan tumbuh sangat ‘besar’ dari 3/4 putaran diemperan jaman. Terserah mau disebut apa jenis SENI TEATER itu; mau disebut sebagai teater ‘halal’ atau teater ‘haram’ atau apapun namanya bagi para pegiat SENI TEATER hal-hal dan hil-hil tersebut tidaklah menjadikan daya cipta para pegiat merasa terhambat atau merasa seakan-akan dan atau sekonyong-konyong kran kreativitas para pegiat-pegiat tersebut tiba-tiba saja menjadi ‘mampet’. Hal itu tidak menjadi begitu penting adanya; :: Sahabat, Kegelisahan yang samar itu terasa menjadi semakin nyata disaat pertumbuhan aktifitas berkesenian hanya berpihak kepada seni-seni yang entah; seni-seni yang berantah, seni-seni yang tidak lebih dari sebuah pencapaian rasa yang mungkin hanya sesaat bahkan mungkin juga tiba-tiba ‘menyamar’ menjadi ‘sesat’ walaupun kesesatan itu cuma sesaat; Yup, SESAT SESAAT ! ; :: Sahabat, 2010; adalah tahun yang bisa jadi akan menjadi awal di 3/4 jaman dimana semakin terasa menumpuknya sekian banyak kegelisahan yang bisa saja menjadi sebuah kegelisahan massal; kegelisahan yang merisaukan dan tak berujung; kegelisahan yang membumi menghablur dalam kegelisahan yang tanpa tanya, tanpa kata; Pun, isue-isue persoalan manusia bumi mulai dari masalah-masalah sosial, ekonomi, budaya, lingkungan hidup hingga ke issue green house effect dan global warming seakan menjadi sarapan pagi dari sebuah kegelisahan yang nyata. Kegelisahan yang mungkin telah menimbulkan kegerahan massal ini adalah sebuah Pekerjaan Rumah bersama dari sebuah rasa tanggungjawab keprihatinan dari Pegiat Teater yang senasib sepenanggungan dalam batas wilayah kreativitas yang tanpa batas; :: Tanah Muna [Witeno Wuna] 2010; adalah sebuah perkampungan kota yang nyaris tak berbentuk; nyaris juga tak berwajah walaupun memiliki mata-hati, mata-jiwa, mata-raga yang mata airnya mengalir disungai-sungai menuju kesebuah muara yang juga ternyata nyaris tak berbentuk. Tak terpungkirkan bahwasanya frame nyata ini menjadi sebuah kegelisahan yang mungkin membumi se-Sulawesi Tenggara Raya se-Indonesia Timur Raya yang semoga mengkristal se-Nusantara Raya. Karena sesungguhnya angin yang bertiup dari timur adalah kegelisahan yang terbentuk nyata dalam pergerakan-pergerakan yang diam; :: Sahabat, Tanah Muna [Witeno Wuna] di 2010; adalah sebuah jejak keprihatinan yang tak terperikan disaat area-area pergerakan berkesenian [SENI TEATER] sangat tidak mendapatkan tempat yang nyata di-hati para pelaku-pelaku kebijakan lokal. Hari ini juga ‘ladang pergerakan' untuk disemai dengan berbagai macam bentuk kreativitas berkesenian telah masuk dan terpenjarakan dalam sebuah agenda ‘rancangan’ kebijakan lokal yang sangat tidak berpihak terhadap perkembangan seni-budaya itu sendiri. Dan, hal yang lebih memprihatinkan lagi para petinggi-petinggi tersebut tiba-tiba saja menjadi maha arsitek [dengan semena-mena ?] terhadap sebuah ‘ladang persemaian’ seni-budaya tidak lebih dari sekadar menjadi sebuah kawasan pertumbuhan ‘bisnis a,i,u,e,o......’ demi menyalurkan syahwat yang kebablasan dan cenderung tak terkendali dari para pelaku-pelaku ‘kapital borjuis’ yang tidak lebih dari hanya dan oleh dari sebuah sebab semata-mata hanya mementingkan kepentingan individu dan golongannya; yang dan dengan telah sangat bangganya pula memproklamirkan pranata-pranata ‘Kearifan Budaya Atas Nama’ ; DEMI PEMBANGUNAN ! :: Duhai Sahabat-sahabatku, Temu Teater KATIMURI 2010 adalah bagian yang paling ‘sederhana’ dari kegelisahan-kegelisahan gagasan yang membuncah disegenap sanubari sahabat-sahabat Teater se-Nusantara Raya. Pun, persoalan-persoalan global yang dengan serta merta telah melokalisasi dipahami tidak lebih dari sebuah bias terhadap pemahaman yang ala-kadarnya tentang sebuah trend OTONOMI Daerah; Adalah hal yang mungkin akan menjadi sangat sulit untuk dihadapi dengan segala keterbatasan secara personifikasi oleh pegiat-pegiat Seni Teater khususnya di Sulawesi Tenggara. Hal ini juga mungkin dari sebab akibat dari sebuah sebab yang dikarenakan ‘bargaining position’ masyarakat seni pada umumnya sangat lemah. Selanjutnya, sangat dibutuhkan dukungan [perhatian] yang tulus ikhlas dan sungguh-sungguh dari para pengambil dan penentu kebijakan Lokal dan Nasional serta sahabat-sahabat pelaku/pegiat, pemerhati dan pengamat SENI TEATER se-Nusantara Raya sehingga rencana kegiatan Temu Teater KATIMURI 2010 diharapkan bisa lebih bermakna. :: Tanah Muna [Witeno Wuna] di 2010 memiliki keluhuran Budi pekerti dengan motto budayanya; Hansuru-hansuru Ana mBadha Sumano Kono Hansuru Liwu; Hansuru-hansuru Ana Liwu Sumano Kono Hansuru Adhati; Hansuru-hansuru Ana Adhati Sumano Kono Hansuru Agama/Sara [Bahasa Masyarakat Adat Wuna-Sulawesi Tenggara] = Badan Boleh Binasa Asalkan Negeri Tetap Utuh; Negeri Boleh Bubar Asalkan Hukum Tetap Tegak; Biarlah Pemerintah [Hukum] Dibubarkan Asalkan Agama/Budaya [Adat Istiadat] Tetap Tegak :: Sahabatku, Temu Teater KATIMURI 2010, Muna – Sulawesi Tenggara; Mungkin akan menjadi terasa sangat spesial. Karena rencana penyelenggaraan kegiatan ini hanya bermodalkan semangat mempertemukan kekuatan-kekuatan dari berbagai macam frekwensi-frekwensi Pergerakan Pegiat Teater untuk menyatu dalam sebuah kumparan yang maha kuat. Dan dengan segala keterbatasan tempat penyelenggaraan kegiatan ini, mungkin tidak ada salahnya jika kegiatan TEMU TEATER KATIMURI 2010 di Muna diberikan tajuk; EDISI SPESIAL. :: Akan tetapi. Apapun, bagaimanapun; genderang sudah ditabuh dengan ‘pelahan’ dari sebuah titik nadir diujung Sulawesi Tenggara dan berharap genderang itu akan ditabuh dengan hentakan yang bertalu-talu untuk membahana disegenap pelosok negeri oleh sahabat-sahabat Pelaku/Pegiat-Pemerhati-Pengamat TEATER se-Nusantara Raya. :: Duhai Sahabat-sahabatku se-Nusantara Raya, batas negeri ini berada disebuah persimpangan diujung kaki langit sirami ladang negeri ini dengan bergentong-gentong anggur kemulyaan hati nurani pintu qalb negeri ini terbuka menyambut kehadiran jiwa-jiwa suci nan tenang jabat hati mentempayan mencakrawala memeluk dengan erat raga-raga nan melembaga ada harapan yang tersirat disini, ada cinta yang membumi disini. datanglah dengan cinta...........,
salam, Jabat Erat Hati Dengan Cinta
Manajemen Temu Teater KATIMURI 2010, Muna - Sulawesi Tenggara [INDONESIA]
> Arrie Boediman La Ede - Penanggungjawab Kegiatan > Authar Abdillah - Ketua Dewan Kurator > Yusran Taridala - Eksekutif Daerah PASeBA Institute Sultra > Muslimin Boediman - Konsultan Hukum PASeBA Institute Indonesia > Satriana Didiek - Koord SC/Networked Organizer > Gandhie KC - Koord IT PASeBA Institute Indonesia > Gatot Subair - Koord OC - T-wOrk_7 > Irfan Ido - Koord. Seminar & Sarasehan [OC] > Isnain Kimi Batoa - Koord LO / Cultural Arts Craft Exhibition [OC] > La Ode Djagur Bolu - Konsultan / Public Servant [OC] > Royan Ikmal - Community Organizer [OC]
>PASeBA Institute-for art, culture,heritage & environmental, Sentul, Bogor-West Java [INDONESIA] >Aiz.ice.eYes-OrganizatioN [EO/SC], Jakarta-INDONESIA & Solo - Central Java >T_wOrk_7 [OC], Muna-Southeast Sulawesi [INDONESIA]
............................................................................; |
---|