Joyo Sastro
September 22 at 9:25pm
September 22 at 9:25pm
PREREVIEW
Pementasan Monolog Perburuan
Naskah monolog, seperti juga naskah lakon modern lainnya, pada dasarnya memuat konflik batin atau kejiwaan seorang anak manusia. Dan, konflik yang dipaparkan mesti bermotif. Motif yang dibangun itu akan mewujudkan kejadian-kejadian. Motif dan kejadian mesti bersifat wajar dan realistis, walau pada lakon beraliran surealisme dan absurdisme sekalipun. Konflik terjadi oleh karena sikap dan sifat tokoh utama yang berlawanan dengan tokoh lain. Bisa juga terjadi, konflik muncul karena pertentangan dunia batin si tokoh yang kemudian memunculkan tangga dramatik.
Naskah monolog Perburuan ini bersifat eksperimentalistik. Meskipun demikian lakon ini tidak secara langsung menunjuk kepada lakon yang beraliran surealisme atau absurdisme. Namun, monolog ini juga memperlihatkan persenyawaan kreatif antara realisme, surealisme, dan absurdisme. Melalui peralatan simbolis, persenyawaan itu diekspresikan ke dalam lakon ini, sehingga muncul peristiwa yang bernuansa kontemplatif tentang konflik batin si tokoh utama.
Dalam naskah ’Perburuan’ dikisahkan tentang imbas aksi teroris di negeri ini yang tentunya meresahkan masyarakat. Sebab, kerugian bukan hanya materi, tetapi menyangkut jiwa manusia, aksi kekerasan yang menimbulkan bentuk depresi mentalitas dan psikis akut. Naskah ini melihat dari berbagai sisi mengenai keberagaman pendapat, ideologi, ras, suku, bangsa, agama dan keyakinan. Dimana munculnya keragaman tersebut tidak harus selalu disikapi dengan tindakan kekerasan, sebab itu diperlukan pemahaman bahwa setiap perbedaan memiliki jalur komunikasi tersendiri untuk memahami satu sama lain.
Akan tetapi, pembicaraan kali ini bukan hanya mengenai naskah saja. Pembicaraan mengenai penyutradaraan dan pemeranan jauh lebih penting guna memperdalam wawasan bidang pemeranan teater. Di samping itu, pembicaraan mengenai penyutradaraan dan pemeranan lebih bersifat mendidik para aktor agar dapat mencapai pemeranan yang maksimal. Walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan sebuah naskah adalah salah satu hal yang penting untuk dibicarakan.
Keberadaan sebuah naskah, mau tidak mau, harus dihiraukan oleh sutradara dan aktor untuk mewujudkan visualisasi dari apa yang terkandung dalam naskah tersebut. Hal ini dapat diartikan bahwa wujud visualisasi –baik pemeranan, setting, pencahayaan, dsb.– merupakan hasil kreatif sutradara dan aktor yang berpijak pada naskah. Penyutradaraan dan pemeranan mempunyai peranan penting untuk menyampaikan visualisasi tersebut kepada para penonton. Oleh sebab itu, simbol-simbol dalam naskah mesti tersampaikan dengan baik tanpa menafikan kadar atau kualitas penonton.
Prereview atas pementasan naskah monolog Perburuan ini dimaksudkan untuk menjembatani obrolan ringan antara para nara sumber dan para penonton setelah naskah monolog Perburuan dipentaskan. Obrolan ringan setelah pementasan ini bertujuan untuk menggali seberapa jauh kemampuan aktor, sutradara, dan tentu saja kekuatan naskah monolog Perburuan, tanpa bermaksud menjustifikasi apa yang telah terjadi. Diharapkan, dengan adanya obrolan ringan ini, semua yang terlibat dalam pementasan ini mendapatkan tambahan wawasan dan pengetahuan dalam seni pertunjukan teater. [BF]
Naskah monolog Perburuan ini bersifat eksperimentalistik. Meskipun demikian lakon ini tidak secara langsung menunjuk kepada lakon yang beraliran surealisme atau absurdisme. Namun, monolog ini juga memperlihatkan persenyawaan kreatif antara realisme, surealisme, dan absurdisme. Melalui peralatan simbolis, persenyawaan itu diekspresikan ke dalam lakon ini, sehingga muncul peristiwa yang bernuansa kontemplatif tentang konflik batin si tokoh utama.
Dalam naskah ’Perburuan’ dikisahkan tentang imbas aksi teroris di negeri ini yang tentunya meresahkan masyarakat. Sebab, kerugian bukan hanya materi, tetapi menyangkut jiwa manusia, aksi kekerasan yang menimbulkan bentuk depresi mentalitas dan psikis akut. Naskah ini melihat dari berbagai sisi mengenai keberagaman pendapat, ideologi, ras, suku, bangsa, agama dan keyakinan. Dimana munculnya keragaman tersebut tidak harus selalu disikapi dengan tindakan kekerasan, sebab itu diperlukan pemahaman bahwa setiap perbedaan memiliki jalur komunikasi tersendiri untuk memahami satu sama lain.
Akan tetapi, pembicaraan kali ini bukan hanya mengenai naskah saja. Pembicaraan mengenai penyutradaraan dan pemeranan jauh lebih penting guna memperdalam wawasan bidang pemeranan teater. Di samping itu, pembicaraan mengenai penyutradaraan dan pemeranan lebih bersifat mendidik para aktor agar dapat mencapai pemeranan yang maksimal. Walaupun tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan sebuah naskah adalah salah satu hal yang penting untuk dibicarakan.
Keberadaan sebuah naskah, mau tidak mau, harus dihiraukan oleh sutradara dan aktor untuk mewujudkan visualisasi dari apa yang terkandung dalam naskah tersebut. Hal ini dapat diartikan bahwa wujud visualisasi –baik pemeranan, setting, pencahayaan, dsb.– merupakan hasil kreatif sutradara dan aktor yang berpijak pada naskah. Penyutradaraan dan pemeranan mempunyai peranan penting untuk menyampaikan visualisasi tersebut kepada para penonton. Oleh sebab itu, simbol-simbol dalam naskah mesti tersampaikan dengan baik tanpa menafikan kadar atau kualitas penonton.
Prereview atas pementasan naskah monolog Perburuan ini dimaksudkan untuk menjembatani obrolan ringan antara para nara sumber dan para penonton setelah naskah monolog Perburuan dipentaskan. Obrolan ringan setelah pementasan ini bertujuan untuk menggali seberapa jauh kemampuan aktor, sutradara, dan tentu saja kekuatan naskah monolog Perburuan, tanpa bermaksud menjustifikasi apa yang telah terjadi. Diharapkan, dengan adanya obrolan ringan ini, semua yang terlibat dalam pementasan ini mendapatkan tambahan wawasan dan pengetahuan dalam seni pertunjukan teater. [BF]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar