Selasa, 13 September 2011

= Mohon Dukungan Terciptanya Media Bersama dengan satu klik tombol "Like"

Time
Sunday, September 11 at 3:00am - September 14 at 11:30pm
Location
http://www.ciptamedia.org/2011/08/24/bali-koneksi-publikasi-kreatif-produk-kebudayaan-bali/
Created By
Iwan Darmawan
For Novel AYU MANDA
More Info
Kawan kawan, saya I Made Iwan Darmawan sedang merintis pembuatan media bersama untuk mengangkat budaya lokal Bali agar lebih terpublikasi dengan baik.

Bila anda berkenan Mendukung:
1. Buka link ini http://www.ciptamedia.org/2011/08/24/bali-koneksi-publikasi-kreatif-produk-kebudayaan-bali/
2. Pada tombol "Pilih" atau "Like" facebook web ini mohon di klik HANYA SATU KALI.

Terima Kasih.





Ini keterangan lebih lengkap kegiatan ini.


Bali Koneksi: Publikasi Kreatif Produk Kebudayaan Bali


Deskripsi proyek:

Bali sebagai destinasi berlangsung berabad abad, sehingga alkulturasi terbangun secara intens antara orang Bali yang terlebih dahulu menetap dengan orang luar Bali yang datang kemudian. Produk kebudayaan yang dihasilkan telah mewarnai berbagai sendi kehidupan di Bali, mulai dari agama, seni, arsitektur, pertanian, pendidikan hingga perdagangan.

Selama itu proses kreatif masyarakat Bali ditulis secara mandiri pada daun lontar dan jadi acuan secara turun temurun. Namun ketika digantikan kertas, penulisan tersebut menurun drastis. Saat media cetak muncul, penulisan kebudayaan tidak muncul lagi secara mandiri. Sebagai contoh, saat Pesta Kesenian Bali, sangat sulit ditemukan konsep tertulis tentang garapan para seniman.

Minimnya acuan tertulis mengakibatkan posisi pelaku budaya Bali terbelakang, khususnya saat bernegosiasi dengan pihak luar, misalnya kalangan pariwisata. Tidak ada kemampuan setara, sehingga yang menjamur adalah broker kebudayaan.

Media massa di Bali kurang memberi kesempatan bagi pelaku kebudayaan muncul secara penuh dan merata. Begitu juga pemerintah lebih terfokus pada pelestarian “heritage”, sehingga hasil kebudayaan terkini tidak terakomodasi. Disisi lain, konsep dasar kebudayaan, mengalami penurunan mutu dalam ingatan masyarakat, karena sulit ditemukan informasi komprehensif secara tertulis dan bisa terakses.

Ini ironi, karena industri pariwisata tergantung pada kebudayaan Bali. Karenanya perlu media murah, terakses dan mampu mengakomodasi keterlibatan semua komponen kebudayaan Bali untuk menunjukan eksistensinya.



Masalah yang ingin diatasi:

Telah terjadi kesenjangan akses informasi dan publikasi pelaku kebudayaan Bali. Untuk diketahui, mereka tidak saja yang berkutat di kampus, namun yang juga secara mandiri dan turun temurun membangun wilayah kebudayaan. Suara mereka kini sulit didengar secara terbuka, karena media hanya berkutat pada popularitas dan format akademis semata.

Telah terjadi peminggiran kebudayaan oleh industri pariwisata dan globalisasi. Karena produk kebudayaan yang “trend” dari para buyer (pembeli) atau broker saja yang kemudian diproduksi, sedangkan produk yang terkait nilai budaya luhur terabaikan, sehingga produk kebudayaan tidak lagi punya nilai tawar.

Rendahnya perhatian pemerintah pada kebudayaan mutahir, membuat terjadinya eksploitasi atas nama pelestarian yang terfokus pada tari, tabuh dan teater tradisi saja. Apalagi pemerintah lebih memilih “kemiskinan” untuk membuat populer para pemimpinnya.

Potensi daerah untuk tampil setara sangat rendah, sehingga terjadi pemusatan pencitraan produk kebudayaan di perkotaan. Akibatnya ada urbanisasi kebudayaan yang membuat pincang proses kreatif, muncul dominasi produk kebudayaan yang homogen, kehilangan karakter dan penurunan kualitas.



Cara mengatasinya dan masyarakat yang diuntungkan:

Kurangnya kemampuan pelaku kebudayaan tampil mandiri, disebabkan lemahnya manajemen pencitraan dan informasi. Karena itu perlu dibuat koneksi antar wilayah kebudayaan, yang secara mandiri berinisiatif menunjukan eksistensinya.

Selama 13 tahun saya berkerja sebagai jurnalis di Bali Post sudah mengamati kondisi ini. Sekarang saya adalah penulis lepas.

Mendorong tumbuhnya sistem pembelajaran informal dalam keluarga dan komunitas yang selama berabad abad menjadi pusat pendidikan kebudayaan Bali dan mensinergikan dengan lembaga formal seperti sekolah dan kampus.

Membuat pelatihan penulisan agar pelaku budaya paham bagaimana membuat konsep dokumentasi dan release secara tertulis.

Membangun website yang memiliki hosting yang besar dan bandwidth yang luas. Saya sudah membuat rintisannya di http://www.bacabali.com/ dengan memberi ruang bagi masyarakat luas untuk turut menulis.

Menyiapkan foto terbaik, sketsa, diagram maupun video dengan resolusi tinggi. Selain itu perlu tampilan website menarik, bisa menampung semua aspirasi kehidupan masyarakat Bali dan memiliki kemampuan koneksi yang mudah diakses, disebarkan dan mendapatkan umpan balik.

Target pertama, pelaku budaya di seluruh Bali, seperti petani, penulis, arsitek, pemandu wisata, wiraswata, pengerajin, akademisi, seniman, praktisi pariwisata, pemerintah daerah, pengusaha jasa wisata dan pemilik hotel, restoran maupun villa.

Target kedua, warga yang berada di luar Bali, termasuk diantaranya yang menetap di seluruh wilayah Bali, para transmigran dari Bali hingga pekerja asal Bali di luar negeri.

Target ketiga, orang yang ingin tahu lebih jauh tentang Bali, di antaranya wisatawan domestik maupun wisatawan asing.



Ukuran kesuksesan:

Ukuran kesuksesan bila traffic (pengunjung) website tinggi dan mampu mendapatkan umpan balik dari setiap postingan.

Terjadi kerjasama antara para pengunjung dan para kontributor yang memposting konsep budayanya. Tingginya permintaan terhadap informasi oleh pengunjung, baik yang telah tersedia maupun yang musti diliput oleh redaksi website.

Mendapat dukungan dari Komunitas akademisi, kelompok seniman, komunitas berdasarkan etnik, suku, ekspatriat, kelompok petani, penulis, seniman, budayawan, pemerintah, partai politik, organisasi pemuda, jurnalis, organisasi orang Bali di luar Bali dan lain sebagainya.

http://www.ciptamedia.org/2011/08/24/bali-koneksi-publikasi-kreatif-produk-kebudayaan-bali/



Salam

I Made Iwan Darmawan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar