01 Februari 2010 jam 19:00 |
31 Maret 2010 jam 5:00 |
CCF Bandung |
Jl. Purnawarman 32 Bandung |
Bandung, Indonesia |
“Jejak… “
pameran tunggal seni instalasi (material bambu)
karya I Wayan Sujana ‘Suklu’
Pameran dibuka dengan pertunjukan tari kontemporer pada karya seni instalasi berjudul 'Cendrawasih' sebagai bentuk intertekstualitas tafsir ruang oleh I Nyoman Sura, pada:
Hari/Tgl : Senin, 1 Februari 2010
Waktu : Pukul 19.00 WIB
Tempat : halaman CCF Bandung
Jl. Purnawarman 32 Bandung
Jawa Barat - Indonesia
Pameran ini berlangsung pada 2 Februari – 31 Maret 2010
Pukul 10.00 – 19.00
Dari halaman Parkir sampai depan Auditorium CCF Bandung
Jl. Purnawarman 32 Bandung
Jawa Barat - Indonesia
Seni instalasi saat ini tengah marak sebagai subject-matter yang multiinterpretasi dan pemaknaan karyanya oleh publik. Maka ruang publik seperti sudut-sudut kota menjadi ruang the other untuk disentuh oleh seniman dalam menyampaikan gagasan artistik terhadap fenomena kemanusiaan saat ini.
Suklu adalah salah satu seniman kontemporer asal Klungkung, Bali, yang tengah menghirup atmosfir Bandung sebagai ruang kreatif dalam proses panjang kesenimanannya. Material bambu pada pameran seni instalasi bertajuk "JEJAK..." tidak saja menjadi representasi kegelisahannya terhadap fenomena kemanusiaan saat ini.
Suguhan karyanya itu merupakan bahasa simbolik dari pribadinya yang bersahaja untuk kota Bandung yang tengah menjadi situs perantauan kreatifitasnya.
- Untuk rekan-rekan fotojurnalis dan fotografer dapat mengikuti sesi foto
pada acara Gladi Bersih bersama Nyoman Sura di lokasi pada hari Senin, 1 Februari 2010 pukul 09.00- 11.00 wib -
"Sebuah Catatan: Bambu Dalam Memori dan Keseharian"
oleh I Wayan Sujana Suklu (the artist)
Saya tinggal di sebuah desa terpencil di Bali bagian tengah agak ke Timur, Banjar Lepang, Klungkung. Sebuah desa dekat pantai dengan dipenuhi rimbun pohon bambu di pinggiran-pinggiran sungai yang mengitari desa tersebut.
Sebagai anak petani, saya sangat akrab dengan bambu, apakah bambu yang dimanfaatkan sebagai bahan upacara-upacara adat dan agama Hindu di masyarakat Bali atau sebagai fungsi pada budaya agraris. Petani di desa, di mana saya tinggal sampai sekarang, masih memanfatkan bambu sebagai alat untuk memudahkan aktivitas masyarakat di sawah.
Pada mulanya hanyalah fungsi praktis ketika bambu digunakan sebagai material dalam pembuatan kubu, sejenis rumah sederhana yang dipergunakan petani berteduh di kala hujan dan terik panas matahari menyentak di tengah sawah. Biasanya dipergunakan sebagai penyangga atap yang bahannya dari daun ilalang.
Struktur pembuatannya sangat sederhana dan menggunakan system knockdown. Pertemuan ujung bambu dalam membentuk kuncup atap dibuat dengan konsep patahan, sehingga dapat diolah kemiringan atap sesuai keinginan.
Konsep patahan dalam pembuatan kubu ini memberi gagasan pada pembuatan seni instalasi bambu, tentu dengan pola yang berbeda sesuai penghayatan saya terhadap alam, konteks tempat, waktu dan ruang.
Selain konsep patahan material bambu memberi sugesti tersendiri pada strukturnya, terutama garis melingkar setiap jengkal dari pangkal keujung, dan setiap batang bambu mewakili satu coretan garis pada sebuah gambar. Berangkat dari pemahaman ini saya lalu berfantasi melukis ruang dengan kehadiran bentuk instalasi bambu.
Fantasi hadir merupakan simbiosis dari ruang nyata dan ruang gagasan dalam konsep pikiran, kemudian terakumulasi menjadi gagasan bentuk dan selanjutnya diaktualisasikan menjadi bentuk seni instalasi bambu.
Beberapa karya instalasi bambu yang sudah dirancang masih berdasarkan citra alam dan benda-benda fungsional seperti: daun, meja, kursi, dan pintu gerbang. Namun dengan pengembangan bersifat intuitif bentuk, bambu tersebut diharapkan kehadirannya lebih imajinatif dan inspiratif.
Kami tunggu kehadiran rekan-rekan, sahabat, teman, pacar simpanan, relasi, dan siapapun untuk sama-sama mengapresiasi seni karya seniman kontemporer ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar