Jumat, 16 April 2010

= TATAP HIDUP BERSAMA H.M. TARFI ABDULLAH (1)

TATAP HIDUP BERSAMA H.M. TARFI ABDULLAH (1)
A.

Berkunjung ke rumahnya, di belakang Museum NTB merupakan anugerah Tuhan tak terkira rasanya. Tidak istimewa sekali, namun aura rumah yang asri menggugah hati agar tetap eling terhadap sesuatu yang realistis tentang bagaimana memaknai hidup agar tetap hidup tertancap pada relung kalbu.

Awalnya, dari halaman rumah yang menyapa, sebelum masuk ke ruang tamu, penuh suasana kehidupan, keramahan mahluk Tuhan yang dilimpahi kasih sayang. Tak terasa, menunggu sang pemilik membukakan pintu.

Satu, dua dan bahkan sepuluh ketukan di pintu kaca sampai akhirnya Pak Haji dengan kesederhanaannya, muncul dari balik pintu kaca. Hanya menggenakan kaos oblong warna hitam bertuliskan Visual Arts dan celana pendek yang kesannya akrab. Pak Haji Tarfi menyuguhkan nilai keanggunan tentang filosofis karya cipta manusia yang penuh dengan realita ekspresi tak pernah kunjung padam. Maka, tak disangsikan lagi sang pengamat lukisan Sudarmaji (Alm) menyatakan karya-karya H.M. Tarfi Abdullah terkesan Ekspresi Magic saat pamerannya di Jakarta (1993 -lalu). "Saya sebenarnya tak mau terikat pada aliran-aliran tertentu, saya hanya mengangkat realita di dunia ini. Orang lain menafsirkan dengan susut pandangnya. Saya tetap pada diri saya, yang selalu menatap hidup dengan kesederhanaan dan penuh kasih sayang,seperti bayi dan ibunya,"ujarnya merendah.

Demikian pula ia menata rumah, dengan penuh kasih sayang sehingga keluarganya pun penuh nuansa rukun dan damai, sehingga realita yang ditangkap oleh sudut batinnya tertuang lugas di atas kanvas.

Lebih menukik kedalaman karya, goresan Pak Haji Tarfi yang halus, berbanding terbalik dengan pilihan warna yang tajam mengisyaratkan ia sebenarnya sadar dalam menghayati proses melukisnya.

Kegelisahannya pada bentuk-bentuk kesenian komunitas Sasak mengingatkan dirinya akan tempat kelahirannya yakni Lombok Timur, tepatnya pada sebuah desa yang bernama Kelayu.

Saat saya dipersilahkan naik ke lantai dua, ke lokasi laboratorium pribadinya. Saya sempat terketuk pada dinding di mana terdapat lukisan topeng tradisi Sasak. Lukisan topeng Amaq Abir, mengingatkan saya bagaimana seni teater tradisi ini berkontemplasi dalam gerak industri yang berlatar teknologi. Teater tradisi yang tumbuh di desa-desa ini sebagai sarana mengaktualisasi budaya mulai terperangah. Dan, sudah semestinya mulai menggeliat bertransformasi pada sketsa pasar. Sehingga tak mengalami kepunahan, bahkan justru menjadi kiblat teater timur yang kaya akan nuansa filosofis dan religiusitas sehingga idealisme tetap bertahan dalam konten berkesenian.

B

Peradaban baru proses berkesenian sebenarnya bukan sebagai rintangan andaikata para seniman tanggap, lantas bijak menyingkapi bahwa dunia imajinasi akan menjadi realistis sejauh kemampuan mengadaptasi dalam dunia nyata itu hadir di antara kita.
Konsep-konsep mendasar tentang realis, bagi para seniman bukanlah hal yang asing bahkan sangat dekat. Sehingga, karya seniman bukan suatu mimpi, melainkan kenyataan yang menghidupi tampilan karya tersebut.

Konsep mendasar tentang proses berkesenian, bagi Pak Haji Tarfi menjadi penting tatkala karya-karya dengan lanskap teratur dan rapi menjadi pilihan dan bahkan merupakan temuan beliau. Sehingga tak terkesan sebagai seniman nantinya "absurd" dan tergerus arus yang dibawa dari konsep berkesenian komunitas lain yang justru mempunyai greget labih nakal dan berani.

Sebagai pembanding, boleh saja. Namun untuk larut, nanti dulu. Sehingga sebagai seniman tak terkesan narcis, bangga pada karya sendiri padahal setelah dikonsumsi masyarakat seni justru dihujat. Oleh karena itu, Pak Haji Tarfi dengan idealismenya membangun benteng pertahanan, sedemikian rupa, sehingga sekecil apapun gangguan terhadap proses berkaryanya akan mudah dinetralisir. Sederhananya, pak Haji Tarfi punya kiat yang mampu menjawab pertanyaan tentang konsep, kenapa harus demikian ?

Karya-karya lukisan yang bermula, berbicara tentang seni teater tradisi Cupak Gurantang yang ternyata pun mendapat tekanan arus modernisasi, sampai seni teater wayang sasak yang megap-megap dalam pelestariannya ditangkap ruang imajinasi Pak Haji Tarfi sehingga tak menutup kemungkinan di masa yang akan datang, andaikata kiamat dalam dunia seni teater tradisi terjadi, karya seni lukis menjadi pelestari menjadi penting.... Kenapa tidak ? Justru dalam mencari kebenaran sejarah, dengan karyanya Lenardo Da Vinci, sang maestro lukis, membuka tabir yang tertutup rapat perlahan namun pasti. Ya, untuk lebih bermakna, alangkah baiknya kita membagi dalam periodisasi proses berkarya HM Tarfi Abdullah, dan itu saya akan usahakan... i

C

Peluikis dan sastrawan merupakan pekerja seni yang terbalik dengan manusia biasa. Pelukis kalau keluar rumah berarti istirahat, sedangkan manusia kebanyakan kalau pulang ke rumah artinya istirahat. Dalam bekerja pelukis membutuhkan ruangan yang tak boleh diganggu orang lain. Dalam kesendiriannya ia pun berdialog dengan dirinya sendiri, tentang komposisi, pilihan warna dan titipan pesan yang ditangkap melalui indra keenamnya.Sehingga tak dipungkiri lagi, karya masterpiece muncul dan menghiasai pelataran seni rupa dunia, entah yang digarap Lenardo da Vinci, Sallvador Dali, Raden saleh, Affandi, Basuki Abdullah, maupun Lempad, selalu memilki keunikan tersendiri dan tiada taranya. Dan, seniman akademis akan mengklasifikasikan ke dalam aliran-aliran sejenis dalam proses berkarya. Sehingga bertebaranlah di muka bumi, konsep-konsep berkesenian yang kemudian dari generasi ke generasi diwarisi seniman muda.

Sebagai sosok seniman, H.M.Tarfi Abdullah sudah bisa dibilang berumur, sejak muda ia lebih akrab dengan ruang kontemplasi daripada ruang manusia. Sehingga ia tercipta menjadi sosok religius yang dekat dengan Sang Khalik. Saking kuatnya, karya lukisannya sulit ditiru orang,"andaikata lukisan Tarfi tidak ditandatangani dijajarkan dengan karya pelukis lain di kota lain. Bagi saya, gampang sekali mengenal lukisan karya beliau karena mempunyai ciri khas yang sangat dekat dengan saya ,"tutur H.Riyanto Rabbah, wartawan dan penyair NTB suatu hari pada saya.

Lukisan pak Haji Tarfi, sangat halus, tarikan dan goresan warna yang dipilihnya begitu hidup, kendati menurut orang mengolah warna gelap membutuhkan suatu kepiawaian sendiri. Bagi, Pak Haji justru tiada masalah malah tanpa warna gelap jadi tak enak dipandang.

Pilihan siluet gelap pada karya-karya Tarfi Abdullah, menurut saya, justru realita yang ditangkap dalam kehidupan manusia, merupakan kegelapan yang panjang, penuh tabir misteri, dan tak pernah terpecahkan selama kehidupan itu sendiri hidup. Dan, kematian semakin akrab adalah peluang membuka tabir misteri yang penuh dengan pertanyaan-pertanyaan kenapa kehidupan ini begini, dan kenapa kehidupan orang lain begitu....



(bersambung...sabar...ya..
.)

1 komentar: