Pameran Keramik PEJATEN BALI - HABIS GENTENG TERBITLAH KODOK
Start Time: | Thursday, May 6, 2010 at 7:30pm |
End Time: | Tuesday, May 11, 2010 at 6:00pm |
Location: | Bentara Budaya Jakarta |
Street: | Jl. Palmerah Selatan 17 |
Dear All,
Bentara Budaya kali ini mengadakan Pameran Keramik PEJATEN BALI
HABIS GENTENG TERBITLAH KODOK
Peresmian : Selasa, 4 Mei 2010 pk. 19.30 wib
Pameran untuk umum : 5 – 9 Mei 2010 pk. 10.00 – 18.00 wib
di Jl. Palmerah Selatan 17 Jakarta Pusat
Telp. : (021) 5483008, 5490666 ext. 7910-7915
***DISKON 25 % pd tgl 8-9 Mei 2010***
www.bentarabudaya.com
Setelah melewati jalan yang berdebu saat musim kemarau dan becek di musim hujan, tibalah di pusat kerajinan keramik yang berlokasi di Banjar Simpangan, Desa Pejaten, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali. Lokasinya ke arah barat Denpasar dan hanya enam kilometer berdekatan dengan Tanah Lot, tempat wisata yang masyhur. Di Desa Pejaten inilah bermukim puluhan perajin keramik, di antaranya Tantri, I Made Durya dan Wayan Kuturan. Mereka bertiga dianggap mewakili seni keramik Desa Pejaten yang masing-masing memiliki karakter yang unik dan berbeda.
Awal berkembangnya sentra keramik ini dimulai dari rasa kekhawatiran para pemuka desa yang melihat tanah liat sebagai bahan baku utama produksi mulai menipis di desanya. Dari perajin genteng yang turun temurun dilakukan, munculah gagasan membuat pengembangan desain dan teknik pembakaran tinggi yang dimulai sejak Februari 1985. Beruntunglah datang ke desa itu seorang ahli keramik dari Perancis, Hester Tjebbes yang sejak 1983 mengajarkan teknik yang sederhana, bakaran tinggi, buatan tangan dan produk-produk keramik yang diimbuhi dekoratasi. Motif--motif flora fauna, menjadi daya tarik yang khas keramik Pejaten seperti, cicak, kupu-kupu, kodok, daun pisang, dan sebagainya. Hester Tjebbes datang dengan merangkul lembaga Humanisch Instituut voor Ontwikkelingssamenwerking (Hivos) yang berpusat di Belanda sebagai mitra kerjasama untuk mendorong dan mengembangkan keramik Pejaten. Setelah banyak bereksperimen dan mempelajari seni klasik dan dekorasi Bali, maka teknik dan desain yang dikembangkan menyebar ke ratusan perajin di Pejaten, sampai sekarang. Dari produsen genteng, mereka menciptakan bentuk-bentuk keramik fungsional – seperti cangkir, piring, tempat lilin, alat aromaterapi, dan masih banyak lagi --- yang lebih kreatif dan khas Pejaten.
Salam,
Bentara Budaya Jakarta
Bentara Budaya kali ini mengadakan Pameran Keramik PEJATEN BALI
HABIS GENTENG TERBITLAH KODOK
Peresmian : Selasa, 4 Mei 2010 pk. 19.30 wib
Pameran untuk umum : 5 – 9 Mei 2010 pk. 10.00 – 18.00 wib
di Jl. Palmerah Selatan 17 Jakarta Pusat
Telp. : (021) 5483008, 5490666 ext. 7910-7915
***DISKON 25 % pd tgl 8-9 Mei 2010***
www.bentarabudaya.com
Setelah melewati jalan yang berdebu saat musim kemarau dan becek di musim hujan, tibalah di pusat kerajinan keramik yang berlokasi di Banjar Simpangan, Desa Pejaten, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali. Lokasinya ke arah barat Denpasar dan hanya enam kilometer berdekatan dengan Tanah Lot, tempat wisata yang masyhur. Di Desa Pejaten inilah bermukim puluhan perajin keramik, di antaranya Tantri, I Made Durya dan Wayan Kuturan. Mereka bertiga dianggap mewakili seni keramik Desa Pejaten yang masing-masing memiliki karakter yang unik dan berbeda.
Awal berkembangnya sentra keramik ini dimulai dari rasa kekhawatiran para pemuka desa yang melihat tanah liat sebagai bahan baku utama produksi mulai menipis di desanya. Dari perajin genteng yang turun temurun dilakukan, munculah gagasan membuat pengembangan desain dan teknik pembakaran tinggi yang dimulai sejak Februari 1985. Beruntunglah datang ke desa itu seorang ahli keramik dari Perancis, Hester Tjebbes yang sejak 1983 mengajarkan teknik yang sederhana, bakaran tinggi, buatan tangan dan produk-produk keramik yang diimbuhi dekoratasi. Motif--motif flora fauna, menjadi daya tarik yang khas keramik Pejaten seperti, cicak, kupu-kupu, kodok, daun pisang, dan sebagainya. Hester Tjebbes datang dengan merangkul lembaga Humanisch Instituut voor Ontwikkelingssamenwerking (Hivos) yang berpusat di Belanda sebagai mitra kerjasama untuk mendorong dan mengembangkan keramik Pejaten. Setelah banyak bereksperimen dan mempelajari seni klasik dan dekorasi Bali, maka teknik dan desain yang dikembangkan menyebar ke ratusan perajin di Pejaten, sampai sekarang. Dari produsen genteng, mereka menciptakan bentuk-bentuk keramik fungsional – seperti cangkir, piring, tempat lilin, alat aromaterapi, dan masih banyak lagi --- yang lebih kreatif dan khas Pejaten.
Salam,
Bentara Budaya Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar