CODEX CODE |
Time | Saturday at 5:00pm - August 21 at 9:00pm |
---|---|
Location | RURU Gallery, ruangrupa Tebet Timur Dalam Raya No.6 Jakarta, Indonesia |
Created By | |
More Info | ruangrupa dan Kedai Kebun Forum mempersembahkan : Proyek pameran buku CODEX CODE Inisiator : Wok The Rock Produser : Agung Kurniawan Seniman : Aprilia Apsari, Ariela Kristantina, Bambang Toko Witjaksono, Bujangan Urban, Cahyo Basuki Yopi, Grace Samboh, Henry Foundation, Ican Harem, Ika Vantiani, Irwan Ahmett, Jim Allen Abel, Malaikat, Marishka Soekarna, Muhammad Akbar, oomleo, Reza Asung Afisina, S.C.A.N.D.A.L., Uji Handoko, Wimo Ambala Bayang, Wiyoga Muhardanto, Wok The Rock. Pembukaan pameran : Sabtu, 7 Agustus 2010 jam 17.00 – selesai Dimeriahkan oleh: Reading Performance Tidak dipungut bayaran dan terbuka untuk umum Pameran : 8 – 21 Agustus 2010 (setiap hari jam 11.00 – 21.00, kecuali hari Minggu tutup) RURU Gallery ruangrupa Jl. Tebet Timur Dalam Raya No. 6, Jakarta Selatan 12820 t/f: +62 21 8304220 e-mail: info@ruangrupa.org www.ruangrupa.org CODEX CODE Bagi seorang individu, membuat sebuah buku di pahami secara umum sebagai kerja produksi yang istimewa dan eksklusif sehingga membutuhkan waktu yang panjang, kekuatan ekonomi dan dipengaruhi oleh strata sosial yang berbelit-belit. Manuskrip yang paling akrab dikenal dan ditulis oleh manusia sejak usia belia adalah buku diary. Karena sifatnya yang sangat pribadi dan sensitif, buku diary bisa dibilang jarang dipublikasikan. Namun, buku diary memiliki nilai historis yang tinggi di saat si empunya telah meninggalkan dunia fana. Salah satu metode produksi buku yang melawan sekat-sekat strata sosial dan ekonomi adalah munculnya apa yang dikenal dengan istilah Zine. Zine yang pada awalnya dipelopori oleh komunitas penggemar film-film fiksi ilmiah di tahun 1960-an dan kemudian populer di kalangan punk di era 1970-an yang juga dipacu oleh budaya 'do-it-yourself'-nya telah dengan sukses menepis anggapan bahwa membuat buku itu sulit, harus sesuai dengan norma-norma sosial dan aturan baku jurnalistik dan hanya patut diproduksi oleh seorang figur publik. Di saat yang sama, gerakan seniman-seniman fluksus dan dadaisme mulai menggunakan buku sebagai medium berkesenian. Teknologi informasi dan grafika yang kian maju pesat saat ini tentunya memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam memproduksi sebuah buku. Piranti lunak dan format data PDF yang dikembangkan oleh Adobe, weblog dan mesin cetak 'on-demand' beserta teknik penjilidan yang bisa dipesan dalam jumlah satuan telah memungkinkan siapapun untuk memproduksi sendiri sebuah buku dengan mudah dan murah. Proyek pameran buku ini mengundang beberapa perupa, desainer, penulis, peneliti, penggemar musik, kurator seni hingga blogger untuk membuat sebuah buku. Buku disini dipahami sebagai medium ekspresi seni seperti halnya video, puisi atau lukisan. Buku ini bisa berupa naskah/manuskrip yang hanya memiliki 1 edisi atau diproduksi dalam jumlah banyak. (Wok The Rock) Proyek pameran buku CODEX CODE ini sebelumnya telah dipamerkan di Kedai Kebun, Yogyakarta pada Maret 2010 yang lalu. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar